Thursday, August 20, 2015

[Catatan] Dirgahayu Kemerdekaan RI ke-70

Merdeka!
Apakah arti merdeka itu?

KBBI mencatat merdeka adalah 1.bebas (dari perhambaan, penjajahan, dsb); berdiri sendiri : sejak proklamasi tanggal 17 Agustus 1945 itu bangsa kita sudah -; 2. Tidak terkena atau lepas dari tuntutan : - dari tuntutan penjara seumur hidup; 3.tidak terikat, tidak bergantung kepada orang lain atau pihak tertentu; leluasa : majalah mingguan -; boleh berbuat dengan-

Hasil gambar untuk merdeka 

Bagaimana saya menanggapi kemerdekaan Indonesia yang ke-70 ini?

Setelah beranjak dewasa, kesenangan dalam agustusan sudah pudar. Jelas karena saya tidak pantas lagi mengikuti lomba-lomba yang diadakan kampung, begitu pula saya tidak lagi mengikuti upacara bendera sejak kuliah hingga sekarang.

Namun kali ini, saya memperingati kemerdekaan dengan cara agak berbeda, yaitu dengan berpartisipasi dalam acara Napak Tilas Sejarah di Kota Malang, yang diadakan oleh lintas komunitas kota Malang. Perjalanan dimulai dari Taman Makam Pahlawan (TMP) kemudian ke Monumen Trip, Monumen Melati, Monumen TGP, Patung Chairil Anwar, Monumen KNIP, dan berakhir di Alun-alun Bunder Malang. Yang menarik dari napak tilas ini adalah adanya pemandu yaitu seorang arkeolog juga dosen, yaitu Bapak Dwi Cahyo yang sangat bersemangat dalam menjelaskan sejarah yang berkaitan dengan situs-situs tersebut.

Bisa dibilang, monumen2 yang kami kunjungi sebagian besar berkaitan dengan masa peperangan Agresi Militer II yang terjadi bulan Juli 1947 yang melibatkan Mas TRIP (Tentara Republik Indonesia Pelajar) dan TGP (Tentara Genie Peladjar) serta peristiwa Bumi Hangus Malang.

Saya merasa ada semangat perjuangan di sini. Iya, sangat terasa sekali, membayangkan bagaimana masih remaja pun sudah berani mempertahankan tanah air saat akan direbut oleh penjajah. Mereka yang berjuang pada masa itu mungkin sekarang sudah beristirahat dengan tenang, hanya beberapa saja yang masih hidup barangkali. Bisa dikatakan, generasi tersebut sudah habis.

Generasi selanjutnya mau tidak mau hidup dalam pergantian kekuasaan yang berujung pada lahirnya sebuah kelanggengan pada masa Soeharto. Siapapun yang hidup jaman itu pasti tidak akan melupakan wolak walik e jaman mulai 1965 hingga 1969. Setelah itu, hidup bernegara sudah dominan dengan unsur kemiliteran.

Hingga akhirnya kelanggengan itu harus pasrah dengan kekuatan baru yang bernama reformasi. Generasi baru era reformasi lahir, dengan tokoh-tokohnya yang masuk dalam pemerintahan, seakan-akan mencari jati diri dengan reformasi itu sendiri.

Pertanyaan yang sering ditanyakan adalah : sudahkah kita merdeka? Apakah benar-benar kita sudah merdeka?

Jawaban masing-masing orang bisa relatif. Secara bernegara, kita sudah merdeka dan berdaulat. Jelas sejak proklamasi kemerdekaan Indonesia. Tapi benarkah kita sudah bebas dari penghambaan, penjajahan? Bagaimana dengan kita yang dijajah oleh bangsa sendiri? Saya tidak tahu harus berkata apa.

Jika melihat dari buku-buku Pram yang kental sekali dengan jaman kolonial atau novel lainnya yang bernuansa tahun 1965, saya sepakat merdeka itu sangat bergantung pada masing-masing individual. Kebanyakan masyarakat Hindia Belanda, terutama pribumi adalah orang Jawa. Sistem kerajaan di Jawa apakah mengenal kata merdeka? Saya ragu akan hal itu. Rakyat pada saat itu hanya bisa patuh pada sang penguasa, memandang sang penguasa pun mereka takut, bukan karena kebengisan tapi karena mereka merasa hina, tak berarti apa-apa di depan penguasa. Mungkin itu salah satu kenapa Belanda bisa bertahan lama hingga 350 tahun. Mereka hanya perlu kerja sama dengan para raja, dan beres. Kemudian beberapa pribumi yang berpendidikan mulai memikirkan nasib bangsanya. Melihat kondisi sebagian besar pribumi yang sangat minus dari sisi kemanusiaan. Dari awal abad ke-19 mulailah golongan pribumi belajar berorganisasi. Semakin lama semakin besar, dan semakin sadar pribumi akan pentingnya bergabung dengan sesama pribumi. Tidak lebih dari setengah abad, Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya. Bayangkan, dari 350 tahun dijajah oleh Belanda, kita bisa merebut kembali kemerdekaan dengan kurang dari 50 tahun. Kemana saja kita selama 300 tahun sebelumnya?

Kemudian setelah kemerdekaan, apa saja yang telah kita lakukan? Dibandingkan dengan negara tetangga yang waktu kemerdekaannya hampir sama, mereka jauh melesat daripada kita. Memang kita bangsa yang besar, dengan kondisi geografis yang besar pula, namun seharusnya itu bukanlah satu alasan kenapa kita masih tertinggal dengan negara lain. Hal ini setidaknya menjadi titik tolak mengapa kita belum bisa menjadi seperti yang kita harapkan sebagai sebuah bangsa dan negara. Masih banyak PR yang harus kita kerjakan.

Satu poin yang bisa saya tarik dari sini adalah pendidikan. Pendidikanlah yang membuat kita bisa merebut kemerdekaan dari pemerintahan kolonial, pendidikanlah yang akan membawa kita pada suatu perubahan yang baik. Jika suatu negara ingin menjadi lebih baik, maka perbaikilah kualitas pendidikan bangsanya. Saya berharap mulai dari diri kita, lingkungan kita, dan semoga pemimpin masa kini dan masa depan, bisa lebih peduli lagi dengan pendidikan kita. It's better to light the candle than just to curse in the darkness. 

No comments:

Post a Comment