Wednesday, August 24, 2016

[Review Buku] Orang-orang Bloomington Budi Darma

Orang-orang Bloomington adalah karya penting Budi Darma. Kumpulan cerita ini merupakan salah satu karya Sang Maestro yang berbeda dengan kebanyakan karyanya, tidak bertemakan hal-hal abstrak. Melalui cerita-cerita yang ditulis pada periode akhir 1970-an ini, pembaca tidak hanya diajak menelanjangi pergolakan emosional para tokoh di dalamnya, tetapi juga menyelami berbagai permasalahan humanistic mereka dalam berhubungan dengan lingkungan dan sesama.

Hasil gambar untuk orang orang bloomington 
diambil dari google image

Alhamdulillah saya masih diberi kesempatan untuk mencicipi karya Budi Darma, sepertinya ini koleksi satu-satunya beliau yang ada di Puskot Malang. Orang-orang Bloomington adalah kumpulan cerpen yang menceritakan tentang “Aku” dengan perangainya yang ingin tahu tapi kok segitunya dengan latar belakang di Bloomington, Indianapolis. Pangkal dari perilaku “Aku” mungkin karena kesepian dan cerita mulai berjalan ketika dia memperhatikan orang-orang atau sesuatu secara berlebihan. 

“Saya kesepian. Memang saya tidak mempunyai teman, dan memang saya sering merasa kesepian, tapi tidak pernah merasa sesepi ini” – halaman 73

Ada tujuh cerpen dengan karakter utama “Aku” yaitu Laki-laki Tua Tanpa Nama, Joshua Karabish, Keluarga M, Orez, Yorrick, Ny. Elberhart, Charles Lebourne. Cerpen favorit saya adalah Keluarga M.

Di Keluarga M diceritakan tentang Aku yang jengkel mengetahui cat mobilnya beret. Maka dia mengamati anak-anak yang berada di gedung dan mencurigai dua orang kakak beradik. Aku berusaha untuk membuktikan bahwa mobilnya beret karena mereka. Perlu diketahui karakter “Aku” di sini tidak terpuji tapi dia tidak menyadarinya malah niatnya mencelakakan orang lain sebagai cita-cita mulia. Pembaca akan dibuat terheran-heran mengapa dia melakukan hal-hal yang sebenarnya tidak perlu, seperti orang yang tidak punya kerjaan saja. 

Lain lagi dengan Charles Lebourne, Aku merasa terganggu karena wajahnya sendiri, pantulan cahaya matahari, dan lampu di salah satu apartemen Tulip Tree. Menurut penglihatannya, lampu ini watt-nya sangat besar dan sengaja disentrongkan ke luar. Aku mencari tahu penghuni yang memasang lampu tersebut bukan dengan cara yang wajar (menurut saya) tapi seperti penguntit. Kemudian terjadi hal yang tidak terduga, dan mulailah konflik terhadap diri sendiri maupun dengan Lebourne. 

Hampir semua tokoh yang berkaitan langsung dengan Aku tidak bisa ditebak juga perilakunya. Karena ini terjadi di Bloomington, maka akan saya maklumi hal tersebut (kadang orang di luar negeri memang karakternya cukup berbeda dengan orang Indonesia). Bagian yang menyenangkan dari novel yang ditulis tahun 1979 ini adalah ending yang tidak bisa ditebak dan seakan menjadi jawaban tepat atas apa yang telah Aku lakukan. Bahasa yang digunakan penulis juga mudah dipahami, sehingga pembaca akan mudah mengikuti jalan ceritanya. Namun entah mengapa saya kadang merasa bosan, mungkin karena cerpen benar-benar terpusat kepada Aku, apa yang dilakukan, dipikirkan. Saya memberi tiga bintang untuk kumpulan cerpen Orang-orang Bloomington.

NB : Oh ya, bagian yang saya suka lainnya adalah Menengok Masa Lalu yang berada setelah daftar isi. Menengok Masa Lalu menceritakan Budi Darma yang sedang menghadiri pesta ulang tahun pengarang Djenar Maesa Ayu. Saya suka pemikiran Budi Darma yang mengenang keadaan pada saat beliau menulis Orang-orang Bloomington dan membandingkan dengan kondisi pengarang saat ini. Sepertinya saya harus membaca Olenka :)

2 comments:

  1. Wah reviewnya menarik. Udah bagus kak (angkat Jempol). Untuk Olenka aku malah terlalu bingung dengan keabsurditasnya. Sastrawi banget. Tapi mungkin saya mau coba dengan Orang-orang Bloomington ini.

    ReplyDelete