Tuesday, May 31, 2016

Konflik, Hadapi atau Hindari?



Dalam kehidupan sehari-hari, semakin tinggi tingkat sosialisasi seseorang, umumnya semakin tinggi juga kemungkinan orang tersebut terlibat dalam satu, atau beberapa konflik dalam hidupnya.

Demikian halnya dalam proyek, sangat besar kemungkinan terjadinya suatu konflik dalam pengelolaannya. Cukup jarang proyek bisa berjalan tanpa adanya konflik selama pelaksanaannya. Lantas, bagaimana cara terbaik yang bisa dilakukan seorang Project manager dalam mengelola proyek agar bisa menekan semaksimal mungkin akan potensi terjadinya konflik dalam suatu pelaksanaan dan ketika konflik itu pada akhirnya tidak bisa dicegah, apakah harus dihadapi, atau malah lebih baik jika dihindari?

Untuk menentukan sikap yang diambil, sebagaui seorang Project Manager tindakan pertama yang perlu dilakukan adalah memahami betul proyek yang dijalankan. Ketika proses transfer knowledge dilakukan oleh tim sales kepada tim delivery, di sana seorang Project Manager harus bisa mencari informasi beberapa hal, seperti apa saja resiko potensial yang mungkin muncul, dan seberapa besar resiko tersebut berpengaruh terhadap kelancaran proyek. Gagal dalam mengidentifikasi dan mengatasi resiko tersebut akan berpotensi mengakibatkan terjadinya konflik, yang diakibatkan ketidakpuasan dari berbagai pihak, baik itu stakeholder, steering committee, pelanggan, atau bahkan dari internal tim sendiri.

Sebelum melangkah lebih jauh, ada baiknya kita ketahui dulu, apa yang dimaksud dengan konflik.

Image result for conflict 
dari google

Konflik adalah sebuah situasi kompetisi, di mana orang-orang yang terlibat sadar sepenuhnya akan adanya ketidakcocokan dengan kemungkinan posisi mereka berada di masa depan, dan/atau di mana setiap orang ingin menempati posisi yang sayangnya, tidak sesuai dengan keinginan orang lain.

Konflik itu sendiri sebetulnya jika dipahami, memiliki dua tipe yang berbeda. Yang pertama adalah konflik yang bersifat constructive, dan ini bermanfaat positif bagi organisasi. Kenapa dikatakan positif, karena dengan adanya konflik tersebut, secara otomatis akan mendorong setiap orang yang terlibat di dalamnya untuk bisa berkembang, belajar untuk menghadapi setiap permasalahan, dan mengambil keputusan terbaik demi kepentingan bersama.

Sementara itu, kebalikan dengan konflik yang bersifat konstruktif, yaitu yang bersifat deconstructive, atau menghancurkan (destructive). Konflik ini memiliki pengaruh buruk di mana ketika tidak ada keputusan yang muncul, lalu masalah yang tetap ada pada akhirnya akan menghancurkan semangat dan performa kerja dari setiap orang yang terlibat dalam proyek tersebut.

Pada dasarnya, konflik yang bersifat destruktif memiliki pola yang bisa ditebak. Pola ini dikenal dengan Segitiga Drama (Drama Triangle). Dan sesuai dengan namanya, ada tiga peran yang biasanya muncul di dalam konflik, dan Anda sebagai Project Manager akan belajar bagaimana mengidentifikasi ketiga peran ini, siapa yang berada di posisi tersebut, dan bagaimana menghadapi setiap orang tersebut secara efektif. Untuk itu, Project Manager harus mengetahui terlebih dahului, apa saja ketiga peran tersebut.

1. Persecutor
Orang yang bersikap agresif terhadap orang-orang lain di sekitarnya. Sikap agresif ini bisa dilakukan langsung maupun tidak langsung, baik itu berupa perbuatan secara fisik, melalui kata-kata, atau bahkan keduanya. Orang ini juga cenderung merasa dirinya yang paling benar dan paling berkuasa.

2. Victim

Orang yang bersikap tidak berdaya dan dengan sikapnya, justru akan mendorong orang-orang di sekitarnya untuk memperburuk kondisinya, atau mungkin bisa juga menolongnya. Bagaimanapun, orang ini akan memiliki tingkat stress yang tinggi, serta tingkat percaya diri yang sangat rendah.

3. Rescuer

Orang yang bersikap “normal”. Mereka yang berada di posisi ini akan bertindak sebagai orang yang tidak pernah menolak, namun di sisi lain, walaupun tifak ingin, akan mengambil tanggung jawab untuk menyelesaikan permasalahan atau pekerjaan dari orang yang berada di posisi victim.

Jika konflik itu pada akhirnya terjadi, apa yang harus dilakukan? Hadapi, atau justru menghindar dari tanggung jawab Anda? Jawaban paling bijak dan tepat pastinya adalah dihadapi. Sesulit apapun suatu konflik, pasti akan ada jalan keluarnya. Hanya saja, untuk bisa menemukan dan mencapai jalan keluar yang terbaik diperlukan tidak hanya sekedar modal bicara saja. Tapi juga diperlukan setidaknya pengertian akan penyebab mengapa konflik tersebut bisa terjadi, dan metode-metode pendekatan yang bisa dilakukan untuk menyelesaikan konflik tersebut.

Metode-metode yang bisa dilakukan menurut buku Project Management Body of Knowledge (PMBOK), adalah sebagai berikut :

     Avoid, mundur dari situasi yang berpotensi konflik, ataupun ketika konflik sudah terjadi. Bisa juga menahan konflik agar nantinya diselesaikan oleh pihak lain, seperti steering committee.
  
     Accommodate, lebih menekankan pada bagian-bagian yang sekiranya bisa disetujui bersama, daripada bagian-bagian yang justru berpotensi menimbulkan perbedaan. Metode ini terkadang tidak dipilih karena pada akhirnya akan mengorbankan kepentingan salah satu pihak seutuhnya, demi menjaga harmoni dan hubungan.

     Compromise, mencari solusi yang akan membawa kepuasan bagi semua pihak, namun solusi konflik ini biasanya hanya bersifat sementara.

    Force, solusi ini bisa diterapkan jika Anda merupakan seorang Project Manager yang memiliki kekuasaan yang sifatnya absolute, karena ini biasanya bersifat pemaksaan menggunakan power untuk menyelesaikan sebuah konflik.

      Collaborate, salah satu solusi yang cukup sulit untuk diterapkan karena memerlukan adanya kondisi di mana seluruh pihak harus siap duduk bersama untuk berbicara dan menyampaikan pendapat masing-masing, sehingga pada akhirnya akan mencapai persetujuan bersama dan komitmen yang bisa dipertanggungjawabkan oleh setiap pihak.

Dengan pemahaman mendasar metode-metode tersebut, dan juga dikombinasikan dengan keahlian Project Manager dari segi teknis, konflik yang muncul seharusnya bisa ditangani dengan baik dan lancar. Dan ketika berhasil menangani konflik dengan baik, maka Project Manager akan diuntungkan dengan adanya peningkatan di berbagai elemen, seperti kemampuan komunikasi antar personal, kemampuan teknis, dan pada akhirnya akan meningkatkan hasil kinerja tim secara keseluruhan, dan berdampak sangat positif bagi proyek tersebut. 

Disalin dari majalah Insite Januari 2016

No comments:

Post a Comment