Ini juga obrolan coro antar dua teman yang
mencintai hal yang sama.
A :
(berkaca-kaca) Orang-orang Proyek bagus kak. Baru beberapa halaman aku sudah
merasa cocok. Bagaikan oase di tengah kesemrawutan pikiran.
T :
Alhamdulillah kalo udah nemu buku bagus lagi kak. Gimana? Sampe mana?
A :
Separo. Belum ada konflik riil, baru konflik batin. Kayaknya jaman Soeharto
benar-benar menjadi inspirasi banyak penulis besar ya
T :
Iya
A :
Aku jadi mikir kalo tidak ada “kesusahan”, apalagi yang bisa dijadikan
inspirasi oleh penulis-penulis itu.
T :
Ahmad Tohari bisa menangkapnya dengan pas.
A :
Betul. Celakanya sampai sekarang pun bentuk2 keserakahan itu masih ada.
T :
Sampai nanti pun mungkin masih ada
A :
Itu sesuatu yang melekat pada manusia.
T :
Eh kenapa tadi sampe berkaca-kaca?
A :
Mewakili beberapa pemikiran selama ini, dan doi bisa menuangkan dalam
kata-kata.
T :
Serasa nyes bacanya?
A :
Huum. Aku mikir yang aneh-aneh ya?
T :
This is life. Semua manusia mungkin punya pikiran yang sama kak.
A :
Oh ya? Kukira hanya beberapa orang saja
T :
Tapi mungkin tertutup oleh nafsu, kehendak, atau apa saja. Dan banyak yang
mungkin tak mau berpikir.
A :
Oh, but it doesn’t mean aku ga punya nafsu, kehendak, atau apa saja kan ya. Ya
mungkin mereka terlalu sibuk melakukan yang lain.
T :
Iya, tapi bagaimana seseorang akan memilih sesuatu untuk menjadi dominan
A :
Nah ini balik ke obrolan sama atasan kemarin Jumat. I feel weird to have those
words.
T :
Bisa jadi seperti yang kita bahas kemarin, kaya orang anggep aneh orang yang
suka baca. Bisa jadi orang itu pernah baca tapi ya gak suka atau gimana
terhadap buku. Esensinya balik lagi pada apa yang manusia pilih untuk hidup.
Tapi ya masih banyak orang yang menilai aneh pada hal-hal gak penting bagi
mereka.
A :
Mungkin mereka gumunan. Kamu serius sekali kak? Kelihatan defense-nya.
Mengingatkan kita ternyata masih manusia.
T :
Manusia butuh bahagia tapi ada manusia yang ngga pingin manusia lain bahagia.
A :
Ngurusin banget sih, sampe kepingin orang lain ga bahagia. Penyakit hati itu
kak.
T :
tapi masih banyak orang-orang seperti itu
A :
Nggo genep2e ndunyo kak
T :
(tertawa)
A :
Aku jadi ga bisa bayangin surga, pasti boring ya isinya orang baik semua. Is it
really exist?
T :
Aku sih bukan mikirinya antara ada dan tiada sih kak. Tapi lebih ke sebagai
harapan.
A :
Harapan dengan surga? I don’t get it
T :
Jadi gini, ketika kita melihat seseorang sudah baik tapi hidupnya menderita
entah karena keadaan atau karena orang lain. Ada harapan Tuhan akan membalasnya
dengan surga.
A :
Hmm..oke, terus?
T : Karena keseimbangan itu, aku suka ketika Tuhan menciptakan adanya “balasan”.
Yang baik akan mendapat pahala yang jahat akan mendapat dosa. Sebenarnya
mungkin lebih kepada dominasi iman/ kepercayaan sih kak. Tapi aku lihat ini
konsep yang terbaik.
A :
Sebentar. Aku menanyakan surga dalam dimensi ruang kak, yang konon isinya
makhluk yang beramal baik. Tapi mungkin kakak tidak mengakui surga dalam bentuk
dimensi ruang setelah kematian.
T :
Maksudnya? Dimensi ruang dalam bentuk tempatnya? Itu menurutku mungkin kalua
kita berpikir dalam konteks sebagai manusia sih. Karena ya bentuk surga sendiri
belum kita rasakan.
A :
Ah, aku hanya minta pendapatmu, boring ga kalo suatu tempat isinya orang2 baik
semua.
T :
Maksudku mungkin kalo dibuat sederhananya kita belum tau misalkan mau pergi ke
suatu tempat yang belum pernah kesana. Kita belum tahu setelah disana apakah
akan suka atau malah ga suka. Jadi ketika ditanya boring ngga, akan sulit untuk
menjawabknya karena belum pernah merasakan kehidupan di sana.
A :
Tadi kamu bahas tentang keseimbangan dan Tuhan. Ini konsep purba kan y? aku
menanyakannya karena tentu saja teori Tuhan itu ada setelah keseimbangan sudah
berjalan sebagaimana mestinya. Tuhan, peace, saya percaya Tuhan itu ada koq.
T :
Tapi kembali ke pemikiran orang-orang sih kak. Imho ngga bisa semua orang
memiliki konsep yang sama dalam pemikiran. Karena itu mungkin bisa lahir
diskusi, debat, dialog, atau apapun.
A :
Tentunya kak, dari diskusi itulah kita bisa menguji apa yang kita pikirkan dan
mendapat kebenaran.
T :
Ya namanya juga antara mencari kebenaran atau malah pembenaran?
A :
Ah, itu saya juga ragu, tergantung keterbukaan kita akan menerima sesuatu.
T : Itu kadang kalau orang udah nyebelin, pembenaran pun dilakukan dengan berbagai cara. Aku takutnya ketika orang sudah manipulatif dengan kebenaran. Apa-apa yang dia yakini itu benar. Padahal manusia selalu berusaha mencari.