Aku insinyur. Aku tak bisa menguraikan dengan
baik hubungan antara kejujuran dan kesungguhan dalam pembangunan proyek ini
dengan keberpihakan kepada masyarakat miskin. Apakah yang pertama merupakan
manifestasi yang kedua? Apakah kejujuran dan kesungguhan sejatinya adalah
perkara biasa bagi masyarakat berbudaya, dan harus dipilih karena keduanya
merupakan hal yang niscaya untuk menghasilkan kemaslahatan bersama?
Memahami proyek pembangunan jembatan di sebuah
desa bagi Kabul, insinyur yang mantan aktivis kampus, sungguh suatu pekerjaan
sekaligus beban psikologis yang berat. “Permainan” yang terjadi dalam proyek
itu menuntut konsekuensi yang pelik. Mutu bangunan menjadi taruhannya, dan
masyarakat kecillah yang akhirnya menjadi korban. Akankah Kabul bertahan pada
idealismenya? Akankah jembatan baru itu mampu memenuhi dambaan lama penduduk
setempat?
diambil dari google image
Novel kedua Ahmad Tohari yang saya baca, dan
saya masih merasa amazed dengan tulisannya. Saya tertarik dengan Orang-Orang
Proyek karena simple, saya sedang bekerja di proyek sekarang. Siapa tau ada
cerita menarik di balik orang-orang proyek. Novel ini menceritakan konflik
antara Kabul dengan system pemerintahan, masyarakat Orde Baru. Yang dikisahkan
disini menurut saya pas dan tidak berlebihan. Kalau saya membaca buku ini di
tahun 90-an, mungkin akan kentara sekali dengan kenyataan di lingkungan saya,
tapi karena ini sudah 2016 saya hanya mengenang saja.
Bagusnya penulis adalah bisa membuat para
tokohnya itu seimbang bobotnya, tanpa mengurangi Kabul sebagai tokoh utama.
Saya suka pergulatan batin masing-masing tokoh, serasa jujur, apa adanya. Andai
saja ada sedikit cerita dari sudut pandang Wati, mungkin lebih baik. Novel ini
terasa manly untuk saya, tapi saya
suka, haha
Berikut adalah kutipan-kutipan yang saya suka :
“Jadi pengamalan kelima rukun itu bukan tujuan
diutusnya Kanjeng Nabi?”
“Ya..”
“Nanti dulu. Jadi pengucapan syahadat, tindakan
salat, dan seterusnya bukan tujuan keberagamaan kita?”
“Perhatikan lagi kata “kecuali”. Dengan demikian
kita yakin bahwa tujuan keberagamaan kita adalah penyempurnaan budi luhur.
Sedangkan kelima rukun hanya sarana untuk mencapai tujuan itu. Sarana, atau
jalan, atau syariah. Tapi sepenting-pentingnya syariah, dia hanya jalan, bukan
tujuan.”
“Yang saya maksud dengan perwira adalah
parawira. Yaitu orang-orang yang tidak merasa kehilangan apapun ketika bersikap
hormat dan peduli kepada orang lain; orang-orang yang tidak merasa rendah
ketika meninggikan harkat dan martabat orang lain. Mereka adalah orang-orang
yang malu ketika merasa dirinya lebih penting daripada orang lain siapa pun
orang lain itu.”
“Atau karena daulat rakyat sesungguhnya memang
belum tegak di republic yang sudah 45 tahun berdiri ini. Yang tetap tegak dati
dulu adalah daulat pejabat, seperti pada zaman kerajaan. “
Hmm,,, agak ga jelas juga saya ngutip begini. Gamblang, begitu Ahmad Tohari sampaikan dalam novel Orang-orang Proyek. Sayangnya saya membaca buku ini sepotong demi sepotong karena waktunya yang ga sempet :( padahal waktunya seminggu loh, baca separo pas hari pertama, dan baca separo sehari sebelum dikembalikan ke puskot :( Karena kurang enjoynya saya dalam membaca buku, saya hanya memberi rate 4 bintang (pls blame me)
Tulisan AT begitu lekat dengan masyarakat sejatinya. Hal yang jarang dibahas penulis lain. Good review kak
ReplyDelete