Merdeka!
Apakah arti merdeka itu?
KBBI mencatat merdeka adalah
1.bebas (dari perhambaan, penjajahan, dsb); berdiri sendiri : sejak proklamasi
tanggal 17 Agustus 1945 itu bangsa kita sudah -; 2. Tidak terkena atau lepas
dari tuntutan : - dari tuntutan penjara seumur hidup; 3.tidak terikat, tidak
bergantung kepada orang lain atau pihak tertentu; leluasa : majalah mingguan -;
boleh berbuat dengan-
Bagaimana saya menanggapi
kemerdekaan Indonesia yang ke-70 ini?
Setelah beranjak dewasa,
kesenangan dalam agustusan sudah pudar. Jelas karena saya tidak pantas lagi
mengikuti lomba-lomba yang diadakan kampung, begitu pula saya tidak lagi
mengikuti upacara bendera sejak kuliah hingga sekarang.
Namun kali ini, saya memperingati
kemerdekaan dengan cara agak berbeda, yaitu dengan berpartisipasi dalam acara
Napak Tilas Sejarah di Kota Malang, yang diadakan oleh lintas komunitas kota
Malang. Perjalanan dimulai dari Taman Makam Pahlawan (TMP) kemudian ke Monumen
Trip, Monumen Melati, Monumen TGP, Patung Chairil Anwar, Monumen KNIP, dan
berakhir di Alun-alun Bunder Malang. Yang menarik dari napak tilas ini adalah
adanya pemandu yaitu seorang arkeolog juga dosen, yaitu Bapak Dwi Cahyo yang
sangat bersemangat dalam menjelaskan sejarah yang berkaitan dengan situs-situs
tersebut.
Bisa dibilang, monumen2 yang kami
kunjungi sebagian besar berkaitan dengan masa peperangan Agresi Militer II yang
terjadi bulan Juli 1947 yang melibatkan Mas TRIP (Tentara Republik Indonesia
Pelajar) dan TGP (Tentara Genie Peladjar) serta peristiwa Bumi Hangus Malang.
Saya merasa ada semangat
perjuangan di sini. Iya, sangat terasa sekali, membayangkan bagaimana masih
remaja pun sudah berani mempertahankan tanah air saat akan direbut oleh
penjajah. Mereka yang berjuang pada masa itu mungkin sekarang sudah
beristirahat dengan tenang, hanya beberapa saja yang masih hidup barangkali.
Bisa dikatakan, generasi tersebut sudah habis.
Generasi selanjutnya mau tidak
mau hidup dalam pergantian kekuasaan yang berujung pada lahirnya sebuah
kelanggengan pada masa Soeharto. Siapapun yang hidup jaman itu pasti tidak akan
melupakan wolak walik e jaman mulai 1965 hingga 1969. Setelah itu, hidup
bernegara sudah dominan dengan unsur kemiliteran.
Hingga akhirnya kelanggengan itu
harus pasrah dengan kekuatan baru yang bernama reformasi. Generasi baru era
reformasi lahir, dengan tokoh-tokohnya yang masuk dalam pemerintahan,
seakan-akan mencari jati diri dengan reformasi itu sendiri.
Pertanyaan yang sering ditanyakan
adalah : sudahkah kita merdeka? Apakah benar-benar kita sudah merdeka?
Jawaban masing-masing orang bisa
relatif. Secara bernegara, kita sudah merdeka dan berdaulat. Jelas sejak
proklamasi kemerdekaan Indonesia. Tapi benarkah kita sudah bebas dari
penghambaan, penjajahan? Bagaimana dengan kita yang dijajah oleh bangsa
sendiri? Saya tidak tahu harus berkata apa.
Jika melihat dari buku-buku Pram
yang kental sekali dengan jaman kolonial atau novel lainnya yang bernuansa
tahun 1965, saya sepakat merdeka itu sangat bergantung pada masing-masing
individual. Kebanyakan masyarakat Hindia Belanda, terutama pribumi adalah orang
Jawa. Sistem kerajaan di Jawa apakah mengenal kata merdeka? Saya ragu akan hal
itu. Rakyat pada saat itu hanya bisa patuh pada sang penguasa, memandang sang
penguasa pun mereka takut, bukan karena kebengisan tapi karena mereka merasa
hina, tak berarti apa-apa di depan penguasa. Mungkin itu salah satu kenapa
Belanda bisa bertahan lama hingga 350 tahun. Mereka hanya perlu kerja sama
dengan para raja, dan beres. Kemudian beberapa pribumi yang berpendidikan mulai
memikirkan nasib bangsanya. Melihat kondisi sebagian besar pribumi yang sangat
minus dari sisi kemanusiaan. Dari awal abad ke-19 mulailah golongan pribumi
belajar berorganisasi. Semakin lama semakin besar, dan semakin sadar pribumi
akan pentingnya bergabung dengan sesama pribumi. Tidak lebih dari setengah
abad, Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya. Bayangkan, dari 350 tahun
dijajah oleh Belanda, kita bisa merebut kembali kemerdekaan dengan kurang dari
50 tahun. Kemana saja kita selama 300 tahun sebelumnya?
Kemudian setelah kemerdekaan, apa
saja yang telah kita lakukan? Dibandingkan dengan negara tetangga yang waktu
kemerdekaannya hampir sama, mereka jauh melesat daripada kita. Memang kita
bangsa yang besar, dengan kondisi geografis yang besar pula, namun seharusnya
itu bukanlah satu alasan kenapa kita masih tertinggal dengan negara lain. Hal
ini setidaknya menjadi titik tolak mengapa kita belum bisa menjadi seperti yang
kita harapkan sebagai sebuah bangsa dan negara. Masih banyak PR yang harus kita
kerjakan.
Satu poin yang bisa saya tarik
dari sini adalah pendidikan. Pendidikanlah yang membuat kita bisa merebut
kemerdekaan dari pemerintahan kolonial, pendidikanlah yang akan membawa kita
pada suatu perubahan yang baik. Jika suatu negara ingin menjadi lebih baik, maka perbaikilah kualitas pendidikan bangsanya. Saya berharap mulai dari diri kita, lingkungan kita, dan semoga pemimpin masa kini dan masa depan, bisa lebih peduli lagi dengan pendidikan kita. It's better to light the candle than just to curse in the darkness.
No comments:
Post a Comment