Perjalanan kita masih panjang.
Iya, perjalanan hidup kita masih panjang dan hidup masih terlalu berharga jika
kita hanya jalan di tempat. Maka apabila ada yang tertimpa kesedihan semoga
beberapa kalimat yang saya kutip dari salah satu novel berjudul Rindu karya
Tere Liye, bisa membantu memberi sedikit cahaya di hati.
Menurut saya pribadi, semua
kalimat ini benar adanya, namun susah untuk dilakukan. Tapi bukan tidak mungkin
untuk dilakukan. Berikut adalah kalimat-kalimat tersebut :
Kisah Bonda Upe tentang buruknya
masa lalu :
1. Berhenti
lari dari kenyataan hidup
Kita keliru
sekali jika lari dari sebuah kenyataan hidup. Tapi sungguh, kalau kau berusaha
lari dari kenyataan itu, kau hanya menyulitkan diri sendiri. Ketahuilah, semakin
keras kau berusaha lari, maka semakin kuat cengkramannya. Semakin kencang kau
berteriak melawan, maka semakin kencang pula gemanya memantul, memantul, dan
memantu lagi memenuhi kepala.
Cara terbaik
menghadapi masa lalu adalah dengan dihadapi. Berdiri dengan gagah. Buat apa
dilawan? Dilupakan? Itu semua sudah menjadi bagian hidup kita. Peluk semua
kisah itu. Berikan dia tempat terbaik dalam hidupmu. Itulah cara terbaik
mengatasinya. Dengan kau menerimanya, perlahan-lahan dia akan memudar sendiri.
Disiram oleh waktu, dipoles oleh kenangan baru yang lebih bahagia.
2. Berhenti
cemas atas penilaian orang lain
Maka ketahuilah,
saat kita tertawa, hanya kitalah yang tahu persis apakah tawa itu bahagia atau
tidak. Boleh jadi, kita sedang tertawa dalam seluruh kesedihan. Orang lain
hanya melihat wajah. Saat kita menangis pun sama, hanya kita yang tahu persis
apakah tangisan itu sedih atau tidak. Boleh jadi kita sedang menangis dalam
seluruh kebahagiaan. Orang lain hanya melihat luar. Maka, tidak relevan
penilaian orang lain.
Kita tidak perlu
menjelaskan panjang lebar. Itu kehidupan kita. Tidak perlu siapa pun
mengakuinya untuk dibilang hebat. Kitalah yang tahu persis setiap perjalanan
hidup yang kita lakukan. Karena sebenarnya yang tahu persis apakah kita bahagia
atau tidak, tulus atau tidak, hanya diri kita sendiri. Kita tidak perlu
menggapai seluruh catatan hebat menurut versi manusia sedunia. Kita hanya perlu
merengkuh rasa damai dalam hati kita sendiri.
Kita tidak perlu
membuktikan apa pun kepada iapa pun bahwa kita itu baik. Buat apa? Sama sekali
tidak perlu. Jangan merepotkan diri sendiri dengan penilaian orang lain. Karena
toh, kalaupun orang lain menganggap kita demikian, pada akhirnya tetap kita
sendiri yang tahu persis apakah kita memang sebaik itu.
3. Mulailah
berbuat baik sebanyak mungkin
Apakah Allah akan
menerima haji seorang yang hina? Hanya Allah yang tahu. Kita hanya bisa
berharap dan takut. Senantiasa berharap atas ampunannya. Selalu takut atas
azabnya. Belajarlah dari riwayat itu. Selalulah berbuat baik. Selalu. Maka
semoga besok lusa, ada satu perbuatan yang menjadi sebab kau diampuni.
Kisah Daeng Andipati tentang
kebencian terhadap orang lain :
1. Berhenti
membenci orang lain
Ketahuilah, kita
sebenarnya sedang membenci diri sendiri saat membenci orang lain. Ketika ada
orang jahat, membuat kerusakan di muka bumi, misalnya, apakah Allah langsung
mengirimkan petir untuk menyambar orang itu? Nyatanya tidak. Bahkan dalam
beberapa kasus, orang-orang itu diberikan begitu banyak kemudahan, jalan
hidupnya terbuka lebar. Kenapa Allah tidak langsung menghukumnya? Kenapa Allah
menangguhkannya? Itu hak mutlak Allah. Karena keadilan Allah selalu mengambil
bentuk terbaiknya, yang kita tidak selalu paham.
Ada orang-orang
yang kita benci. Ada pula orang-orang yang kita sukai. Hilir mudik datang dalam
kehidupan kita. Tapi coba pikirkan hal ini. Pikirkan dalam-dalam, kenapa kita
harus benci? Kenapa? Padahal kita bisa saja mengatur hati kita, bilang saya
tidak akan membencinya. Toh itu hati kita sendiri. Kita berkuasa penuh
mengatur-ngaturnya. Kenapa kita tetap memutuskan membenci? Karena boleh jadi,
saat kita membenci orang lain, kita sebenarnya membenci diri sendiri.
2. Berikanlah
maaf karena kau berhak atas kedamaian dalam hati
Ketahuilah, saat
kita memutuskan memaafkan seseorang, itu bukan persoalan apakah orang itu
salah, dan kita benar. Apakah orang itu memang jahat atau aniaya. Bukan! Kita
memutuskan memaafkan seseorang karena kita berhak atas kedamaian dalam hati
kita.
3. Tutup
lembaran lama yang penuh coretan keliru, bukalah lembaran baru
Maka ketahuilah,
kesalahan itu ibarat halaman kosong. Tiba-tiba ada yang mencoretnya dengan
keliru. Kita bisa memaafkannya dengan menghapus tulisan tersebut, baik dengan
penghapus biasa, dengan penghapus canggih, dengan apapun. Tapi tetap tersisa
bekasnya. Tidak akan hilang. Agar semuanya benar-benar bersih, hanya satu jalan
keluarnya, bukalah lembaran kertas baru yang benar-benar kosong.
Buka lembaran
baru, tutup lembaran yang pernah tercoret. Jangan diungkit-ungkit lagi. Jangan
ada tapi, tapi, dan tapi. Tutup lembaran tidak menyenangkan itu. Apakah mudah
melakukannya? Tidak mudah. Tapi jika kau sungguh-sungguh, jika kau berniat
teguh, kau pasti bisa melakukannya. Mulailah hari ini. Mulailah detik ini.
Kisah Mbah Kakung tentang kehilangan
:
1. Lahir
dan mati adalah takdir Allah.
Lahir dan mati
adalah takdir Allah. Kita tidak mampu mengetahuinya. Pun tiada kekuasaan bisa
menebaknya. Kita tidak bisa memilih orang tua, tanggal tempat …tidak bisa. Itu
hak mutlak Allah. Kita tidak bisa menunda, maupun memajukannya walau sedetik.
Dan ketika kita tidak tahu, tidak mengerti alasannya, bukan berarti kita jadi
membenci, tidak menyukai takdir tersebut. Amat terlarang bagi seorang muslim
mendustakan takdir Allah.
Allah memberikan
apa yang kita butuhkan, bukan apa yang kita inginkan. Segala sesuatu yang kita
anggap buruk, boleh jadi baik untuk kita. Sebaliknya, segala sesuatu yang kita
anggap baik, boleh jadi amat buruk bagi kita.
Mulailah
menerimanya dengan lapang hati. Karena kita mau menerima atau menolaknya, dia
tetap terjadi. Takdir tidak pernah bertanya perasaan kita, apakah kita bahagia,
apakah kita tidak suka. Takdir bahkan basa-basi menyapa pun tidak. Tidak
perduli. Nah, kabar baiknya, karena kita tidak bisa mengendalikannya, bukan berarti
kita menjadi makhluk tidak berdaya. Kita tetap bisa mengendalikan diri sendiri
bagaimana menyikapinya. Apakah bersedia menerimanya, atau mendustakannya.
2. Biarkan
waktu mengobati semua kesedihan
Biarkan waktu
mengobati seluruh kesedihan. Ketika kita tidak tahu mau melakukan apalagi,
ketika kita merasa semua telah hilang, musnah, habis sudah, maka itulah saatnya
untuk membiarkan waktu menjadi obat terbaik. Hari demi hari akan menghapus
selembar demi lembar kesedihan. Minggu demi minggu akan melepas sepapan demi
sepapan kegelisahan. Bulan, tahun, maka rontok sudahlah bangunan kesedihan di
dalam hati. Biarkan waktu mengobatinya, maka semoga kita mulai lapang hati
menerimanya. Sambil terus mengisi hari-hari dengan baik dan positif.
Dalam Al Quran,
ditulis dengan sangat indah, minta tolonglah kepada sabar dan shalat. Kita
disuruh melakukan itu. Bagaimana mungkin sabar bisa menolong kita? Tentu saja
bisa. Dalam situasi tertentu, sbaar bahkan adalah penolong paling dahsyat.
Tiada terkira. Dan shalat, itu juga penolong terbaik tiada tara.
3. Lihatlah
penjelasan dari kacamata yang berbeda
Lihatlah dari
kacamata seseorang yang telah meninggalkan kita. Jangan memaksakan melihatya
dari kacamata kita. Terus bersikeras, bertanya, tidak terima. Jika itu yang
kita lakukan, maka kita akan terus kembali, kembali, dan kembali ke posisi
awal. Tidka pernah beranjak jauh.
Kisah selanjutnya tentang Ambo
Uleng tentang perjalanan cintanya akan saya buat dalam artikel terpisah.